Sabtu, 11 Desember 2010

Catatan Pinggir Pemilu Kada Karo 2010

Kenapa memilih demokrasi :
Catatan Pinggir Pemilu Kada Karo 2010

Demokrasi yang stabil merupakan keharusan yang mutlak diperlukan dalam menjalankan roda pembangunan, yang mana peranan demokrasi yang sehat merupakan pondasi pokok dalam pembangunan ekonomi. Oleh karenanya kita harus sepakat bahwa, demokrasi dibangun untuk menempatkan posisi kedaulatan rakyat pada tempat yang sesungguhnya, dimana kekuatan sebuah bangsa harus dibangun dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.

Namun disisi lain kita juga melihat bahwa pelaksanaan demokrasi di Karo sangatlah tidak sehat. Ini terlihat dari perilaku para elit politik yang cendrung memiliki sikap ambigiu. Sikap ini tidak sebanding dengan biaya demokrasi yang mahal yang mengiringi perjalanan demokrasi kita. Ambiguiitas ini tergambar dari perilaku para elit dan aktor politik. Sebagai contoh “ Sandiwara” Pelaksanaan Pemilukada 2010 yang telah dipertontonkan mengarah pada hancurnya harapan demokrasi yang sehat. Padahal pemilu 2009 merupakan representasi demokrasi terbaik, yang merupakan momentum untuk menentukan arah demokratisasi kedepan, namun apa yang telah mereka perbuat?

Seyogyanya kita dan mereka (baca : elit politik Karo) dahulu menyadari bahwa persoalan bangsa ini begitu kompleks, maka sangat tidak baik jika semua energi politik terkuras hanya untuk sebuah agenda yang sarat dengan “Politisasi Busuk” yakni pelaksanaan Pemilukada 2010. Lingkungan politik pastilah tidak akan sehat, niat baik memperbaiki keadaan ditunggangi oleh “Syahwat berkuasa”  yang berlebihan dan tidak terkontrol.  Alih alih berjuang untuk kesejahteraan rakyat malah sebaliknya parpol, elit politik dan bahkan para Kandidat Calon Bupati pun berubah ujud menjadi predator dan merupakan ancaman bagi masa depan demokrasi yang tengah susah payah dibangun.

Gejala ini telah menjangkiti aktor-aktor demokrasi, pada dasarnya partai politik dibutuhkan sebagai jembatan emas dalam menyambung aspirasi rakyat dan memfasilitasi kesejahteraan serta kehidupan masyarakat agar menjadi lebih baik, mandiri beradab dan bermartabat .

Ketika “Sandiwara pemilukada 2010” di pertontonkan tidak terlihat adanya semangat dan nilai berdemokrasi, para aktornya telah kehilangan komitmen politik. Padahal kita sedang  mempelajari mereka dan kita tidak akan pernah lupa apa yang telah mereka perbuat, dan akan menjadi catatan tersendiri bagi kita.

Dari awal, jauh sebelum pelaksanaan pemilukada, sampai hari ini banyak kebijakan dan lakon-lakon yang dilakukan untuk meraup kekuasaan yang ditunggangi nafsu yang berlebihan dan tidak terkontrol, upaya merebut dan mencari simpati masyarakat dilakukan dengan tidak sehat, dan bahkan dengan cara yang sangat halus sehingga kita tidak menyadarinya bahwa mereka adalah predator yang setiap saat bisa melahap kita.

Kita bisa lihat dan tahu itu dari pengakuan beberapa saksi dalam kasus Perselisihan Pemilukada Karo 2010 yang perkaranya sedang berjalan di Mahkamah Konstitusi, bahwa institusi yang berkaitan KPU, PANWASLUKADA, KPPS, pemerintah daerah dan bahkan kandidat sendiri pun merupakan predator yang mengancam bagi kehidupan demokrasi kita. Demikian juga unjuk rasa berbuntut bentrok dengan kepolisian pada saat penghitungan akhir suara tingkat PPK  tanggal   di hotel Green Garden dimana pihak kepolisian membubarkan pengunjuk rasa dengan pemukulan, dan menimbulkan banyak korban hanyalah akal-akalan semata.  Dimana, atas nama Demokrasi mereka (pengunjuk rasa) melakukan protes. Atas nama hukum dan undang-undang mereka dibubarkan paksa oleh aparat keamanan. Namun atas dasar apa pula tidak ada proses hukum yang dilakukan dalam kejadian itu, baik aparat yang memukul atau pengunjuk rasa yang dipukul.

Jadi mudah dipahami bahwa ada aktor (kelompok) intelektual dibalik pelaksanaan Pemilukada Karo 2010. Mereka adalah ancaman bagi kita dan masa depan demokrasi di Karo, mereka adalah musuh masyarakat. Singkatnya Pelaksanaan Pemilukada 2010 hanyalah sebuah pendidikan politik yang berkedok pembodohan dan penipuan semata yang dilakukan oleh para pelaku politik yang berjiwa predator. Dia hanyalah sebuah akal-akalan.  Sudah menjadi kewajiban kita untuk menangkap dan mengadili para pelaku  (aktor) intelektual dibelakang Pemilukada 2010, untuk disidangkan dalam Pengadilan terbuka Rakyat Karo,

                                                                                                      Karo, 04 Desember 2010.
                                                                                                      cokyoletters
                                                                                                      cokyoletters@yahoo.com