Minggu, 27 Maret 2011

Sosok Seorang Rakutta Brahmana

Rumah Balai, Shalman Purba - Rakutta Sembiring Berahmana adalah Bupati Kab. Karo yang ke tiga. Berikut sejarah singkat perjalanan hidup seorang Rakutta Berahmana.  
Masa kecil Rakutta Brahmana
Rakutta Sembiring Berahmana dilahirkan di desa Limang Kecamatan Tiga Binanga. Ia merupakan anak sulung dari pasangan Malem Sembiring Berahmana dan Bayang Tua Br Sebayang. Semenjak kecil dikenal sebagai anak yang periang dan mudah bergaul dengan sesama. Rakutta memiliki 2 saudara kandung dan 17 saudara tiri dari 5 kali pernikahan ayahnya. Walau demikian tidak ada perbedaan baginya diantara saudara kandung dan tiri. Bagi adik-adiknya sendiri dia dikenal sebagai sosok yang melindungi dan mengayomi mereka. Didikan ini kelak yang membuat ia begitu peka terhadap permasalahan sosial di sekitarnya.

Semenjak kecil Rakutta sering ikut bersama ayahnya dalam acara kegiatan adat. Ayahnya sendiri merupakan pengetua adat di daerah itu. Dia sering berdiskusi dengan ayahnya tentang adat dan istiadat Budaya Karo. Bekal ini kemudian ia tuangkan dalam satu tulisan berjudul"Corat Coret Budaya Karo".

Rakutta mengenyam pendidikan dasar HIS (Holland Inlandsch School) di Kabanjahe pada tahun 1924. Dalam suia yang masih sangat muda ibu kandungnya meninggal dunia. Namun keadaan ini tidak membuatnya larut dalam kesedihan. Setelah menamatkan sekolah dasar pada tahun 1927, ia melanjutkan ke sekolah menengah di perguruan Taman Siswa di Kota Medan.  Pada masa ini dia tinggal bersama seorang haji, dan diangkat menjdai putra mereka. Ketertarikannya di dunia politik sudah mulai terlihat pada masa ini dengan terlibat dalam organisasi para pelajar di sekolah ini.

Pada masa ini guru-guru Taman Siswa terlibat dalam perjuangan pergerakan mengusir penjajah. Oleh karenanya para guru mengajak juga ikut serta siswanya dalam pergerakan politik tersebut. Namun organisasi ini merupakan organisasi yang dilarang oleh Pemerintah Belanda pada masa itu.


Selama sekolah di Taman Siswa ia sudah ikut terlibat dalam simpatisan Partai Nasional Indonesia (PNI). Setelah taman sekolah lanjutan, Ia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun tidak selesai. Hal ini dikarenakan ia masuk Partindo, salah satu partai politik pada masa itu. Setelahnya beliau keluar dari sekolah, ia pulang ke kampung halamnnya di desa Limang dan menikahi putri dari pamannya (impal) dari desa Perbesi kec. Tiga Binanga, bernama Ngamini br Sebayang.

Pergerakan Rakutta Sembiring
Setelah menikah beliau makin gencar turun dalam gelanggang politik. Berbagai macam diskusi ia lakukan, bersama teman-temannya seperti Munaf Munir, Jakob Siregar, Selamat Ginting, Keras Surbakti dll. Mereka melakukan pergerakan sampai ke Kota Cane, Aceh Tenggara Propinsi NAD.

Tahun 1930, Rakutta kembali terjun ke dunia politik setelah sebelumnya terhenti karena aktivitasnya berdagang pakaian. Pada tahun ini juga ia mendirikan Indonesia Muda Cabang Medan. Setelahnya Rakutta kembali ke Tanah Karo untuk berdiskusi mengenai pendudukan Jepang di  Tanah Karo dengan Selamat Ginting dan Keterangen Sebayang.  Kemudian akhirnya mereka juga mengajak Nolong Ginting Suka dan Nerus Ginting Suka. Sehubungan dengan terbentuknya Komite Indonesia Cabang Medan yang dipimpin oleh Sugondo Kartoprodjo dari Taman Siswa, di Karo juga kelima tokoh ini sepakat membentuk Komite Indonesia Cabang Tanah Karo. Kegiatan pertama komite ini adalah memberikan resolusi kepada pemerintahan jepang di Tanah Karo untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia

Pada tahun 1943, Rakutta keluar dari Partindo, ia kemudian masuk Pendidikan Nasional Indonesia yang di pimpin oleh Tama Ginting dan berkedudukan di   Berastagi. Kegiatan dari Pendidikan Nasional Indonesia ini antara lain memberi ceramah dan kursus-kursus kepada para anggota masyarakat mengenai perkembangan zaman dan taktik serta siasat yang dijalankan di bawah kekuasaan Jepang. Pada masa ini juga Rakutta bersama tokoh lainnya mendirikan Koperasi sebagai wadah propaganda kepada masyarakat Karo untuk kesadaran politik di samping kegiatan jual beli barang di pasar-pasar atau di kantor-kantor koperasi. Koperasi ini bernama Poesat Ekonomi Rakyat (Poesra)


Untuk menyatukan dan menyalurkan segala potensi yang ada pada masyarakat agar dapat membantu Jepang, maka dibentuklah Badan Oentoek Membatoe Pertahanan Asia yang disingkat dengan BOMPA. Bompa ini berdiri pada 28
Nopember 1942 di Medan. Pada saat awal berdirinya Bompa ini dipmpin oleh Mangaraja Soangkupon. Kemudian berikutnya pimpinan Bompa digantikan oleh Mr Mohammad Yusuf dan akhirnya dipegang oleh Abdul Karim MS. Abdul Karim MS merupakan seorang tokoh pergerakan rakyat di zaman penjajahan Belanda dan pernah masuk penjara di Digul. Bompa yang berada di Medan kemudian membuka cabang cabang baru di berbagai daerah termasuk di Tanah Karo. Bompa di Tanah Karo dipimpin oleh Raja Oekum Sembiring seorang pengusaha otobis yang terkenal di Tanah Karo dengan bis bermerek Cap Nenas dan Rakutta Sembiring Brahmana sebagai wakilnya. Bompa cabang Karo kemudian membuka ranting dan anak ranting sampai ke kampung-kampung yang ada di Tanah Karo. Dengan adanya kegiatan Bompa kemudian banyak pemuda-pemuda Karo yang akhirnya memasuki Heiho (tentera sukarela) dan Gyu Gun (pembela tanah air).

Rakutta Sembiring Menjadi Bupati Karo
Setelah kekalahan Jepang atas Sekutu tanpa syarat, pada tanggal 17 Agustus Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di Jakarta. Di Kota Medan sendiri proklamasi itu sendiri baru di umumkan pada tanggal 25 September 1945 oleh Gubernur T setelah adanya desakan dari Selamat Ginting dan kawan-kawan terhadap karim MS dan Teuku Mohammad Hasan.

Untuk menyampaikan kabar proklamasi itu ke seluruh Sumatera Utara, maka dibentuklah Barisan pemuda Indonesia yang di pimpin oleh Tama Ginting. Rakutta sendiri berada pada seksi penerangan. Seiring dengan berdirinya Badan Keamanan Rakyat sebagai tentara resmi Pemerintah, di Tanah Karo juga dibentuk BKR di bawah pimpinan Djamin Ginting, Bom Ginting dan kawan-kawan. Pada Januari 1946 Komite Nasional Indonesia  di bentuk di Tanah Karo dengan Ketuanya Rakutta Sembiring Berahmana.

Setelah adanya penghapusan Swapraja (Pemerintahan Sendiri), Komite Nasional Indonesia Tanah Karo mengadakan rapat di Kuta Gadung Berastagi, pada tanggal 13 Maret 1946 mengambil keputusan penting diantaranya pengangkatan Rakutta Sembiring Berahmana sebagai Bupati Karo.

Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi bupati Tanah Karo pada tahun 1946. Diangkatnya Rakutta Sembiring Brahmana sebagai kepala pemerintahan di Tanah Karo mengawali karier Rakutta Sembiring Brahmana dalam menjadi bupati. Rakutta Sembiring Brahmana merupakan bupati pertama di Tanah Karo setelah sebelumnya kepala pemerintahan sementara dipegang oleh Ngerajai Sembiring Meliala sebagai kepala pemerintahan Swapraja.

Setelah Kabupaten Karo terbentuk dan Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi bupati, pada 18 April 1946 diputuskan bahwa wilayah Kabupaten Karo dibagi menjadi tiga kewedanan dan tiap kewedanan terdiri dari lima kecamatan, yakni Kewedanaan Karo, Kewedanaan Karo Hilir dan kewedanaan Karo Jahe.

Kemudian setelah pemerintahan di Karo terbentuk maka Komite Nasional Indonesia dirubah menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Rakutta Sembiring menjadi Ketua DPRD. Pada tanggal 20 November 1947 Rakutta Sembiring Brahmana mengeluarkan uang tukar dengan nomor registrasi No. 20490 dengan nilai Rp. 1000 per lembar

Rakutta Sembiring Brahmana memimpin Tanah Karo selama dua periode. Periode pertama yaitu sejak tahun 1946 hingga tahun 1949, dan periode kedua yaitu tahun 1949 hingga tahun 1953. Selama Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati di Tanah Karo telah terjadi beberapa kali perpindahan pusat pemerintahan kabupaten. Hal ini tidak
terlepas dari kondisi politik yang masih belum stabil. Adapun tempat kantor kepala pemerintahan Karo sejak Indonesia merdeka adalah sebagai berikut:
a. Kabanjahe, tahun 1945-31 Juli 1947
b. Tigabinanga, 31 Juli 1947-25 Nopember 1947
c. Lau Baleng, 25 Nopember 1947-7 Februari 1948
d. Kutacane, 7 Februari 1947-14 Agustus 1949
e. Tiganderket, 14 Agustus 1949-17 Agustus 1950
f. Kabanjahe, 17 Agustus 1950 hingga sekarang
Perpindahan pusat pemerintahan ini tidak terlepas dari situasi dan kondisi NKRI pada masa itu.

Rakutta Sembiring diangkat menjadi Bupati Asahan.
Kabupaten Asahan terbentuk setelah Indonesia merdeka tepatnya pada tanggal 15 Maret 1946 yang dipimpin oleh Abdullah Eteng dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah. Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi bupati Asahan pada tahun 1954.

Saat  menjabat sebagai bupati Asahan, Rakutta Sembiring juga merangkap sebagai walikota Tanjung Balai karena kekosongan pemimpin pada masa itu.  Pada tahun 1957 Rakutta Sembiring Brahmana juga menjadi anggota Konstituante Fraksi PNI. 

Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati di Kabupaten Asahan selama enam tahun. Rakutta Sembiring Brahmana memimpin di Kabupaten Asahan yaitu sejak tahun 1954-1960. Selama ia memimpin di Kaupaten Asahan dia berusaha memimpin dengan bijaksana dan tegas sehingga ia bisa di terima di wilayah yang bukan tanah kelahirannya

Menjadi Walikota Siantar
Pada tahun 1960, Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi walikota Pematang Siantar. Pada masa ini ia resmi menjadi pengikut Kristen Protestan, sebagaimana sebelumnya ia adalah penganut agama Hindu Pemena. Pada masa kepemimpinanya di Pematang Siantar, Rakutta Sembiring Brahmana mengikuti organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI). Hal ini menunjukkan bahwa beliau tidak pernah lepas dari kegiatan organisasi politik. Tahun 1962 Ia mengikuti Latihan Kemiliteran Pegawai Sipil. Latihan kemiliteran pegawai sipil ini diadakan oleh Komando Daerah Militer II Bukit Barisan. 
Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai walikota Pematang Siantar sejak tahun 1960-1964. Beliau hanya menjabat sebagai walikota selama empat tahun karena beliau kemudian tutup usia sehingga tidak dapat melanjutkan tugasnya

Rakutta Sembiring Brahmana tutup usia pada tanggal 28 Januari 1964. Pada waktu tutup usia Rakutta  Brahmana berusia lima puluh tahun. Beliau meninggalkan satu orang isteri, enam orang anak, dan dua orang cucu. Ia dimakamkan di Makam Pahlawan Kabanjahe atas permintaan dari Pemerintah Kabupaten Karo.

Berbagai Sumber : Shalman Purba