Senin, 02 Mei 2011

Wajah Gelap Kaum Marjinal

Di Indonesia peringatan hari buruh kali ini agak sedikit istimewa karena bertepatan dengan diberlangsungkannya KTT Asean pada tanggal 7-8 Mei mendatang. Kabarnya pertemuan ini akan membahas perluasan pasar bebas di ASEAN. Perluasan pasar, perolehan bahan baku dan tersedianya buruh yang murah, masalah pendidikan, kehutanan dan perdagangan akan menjadi fokus utama dalam petemuan itu. Artinya Kapitalisme dan Imperialisme akan semakin kuat menancapkan kukunya di Indonesia

Sejarah membuktikan bahwa sistem kapitalisme dan monopoli hanya akan menjadikan keterbelakangan bagi masyarakat tani, buruh dan kaum miskin kota lainnya. Kebijakan ekonomi dan politik pemerintah saat ini  ternyata tak menjawab persoalan, malahan hanya menambah beban bagi masyarakat buruh, tani dan kaum miskin kota lainnya. Sementara itu dilain pihak kapitalisme mengkeruk kekayaan yang dimiliki termasuk  buruh yang dibayar murah  dan malahan menjadikannya pasar untuk menjual barang dan jasa yang mereka hasilkan. Artinya kebijkan yang dibuat tak pernah berpihak pada masyarakat secara umum. Ironis bukan?

Kebijakan pemerintah melalui penerapan politik upah murah, MLF, outsorcing, dan tak adanya jaminan bagi buruh migran merupakan penghianatan terhadap kaum buruh. Demikian juga dengan  kebijakannya yang membuka celah terhadap  perampasan tanah bagi petani semakin terbuka, sebagai contoh dengan diberlakukannya   UU no 18 tahun 2004 tentang perkebunan, UU no 25/2007 tentang penanaman modal, UU no 4/2009 tentang minerba, UU no 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan RUU Pengadaan tanah untuk pembangunan. Berbagai tindakan represif militer terhadap petani seperti pengusiran dan perampasan tanah  yang dilakukan dengan intimidasi tak pernah kunjung selesai. Misalnya saja kasus Marules Banyuwangi, kasus perampsan tanah oleh pihak PTPN, Penembakan 7 petani di Jambi  Januari silam, dan terakhir pengusiran dan perampasan tanah terhadap kampung petani di  Bandar lampung.

Persoalan Pendidikan tak jauh beda, komersialisasi pendidikan semakin menguat ditunjukkan dengan terus meningkatnya biaya pendidikan dan rendahnya anggaran yang disediakan oleh Pemerintah. Hal ini mengakibatkan akses rakyat atas pendidikan semakin sempit. ironisnya lagi kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah meningkat bahkan semakin bobrok. Merujuk pada statistik pendidikan internasional Indonesia berada dalam posisi 69, atau turun 4 (Empat Tingkat) dari tahun sebelumnya pada posisi 65. Selain itu, pendidikan juga dibelenggu dengan hilangnya kebebasan akademik, yang ditunjukkan dengan berbagai kebijakan yang mengekang bagi civitas akademika, baik Intimidasi, Ancaman skorsing,  terbatasnya kebebasan kreasi guru dalam mengembangkan bahan aja.

Satu hal yang tak pernah selesai adalah persoalan perempuan. Dengan tetap mempertahankan sistem setengah jajahan dan setengah feudal di dalam negeri. Pemerintah juga melakukan politik diskriminatif terhadap kaum perempuan dalam kerja produksi dan dalam aspek sosial lainnya. Diskriminasinya terlihat dalam aturan pembedaan terhadap hak buruh pria dan perempuan soal tunjangan dan upah. Secara umum, problem perempuan Indonesia adalah: Dihambatnya hak politik kaum perempuanKekangan budaya Patriakal Feodal dan Liberal imperialis.

Itulah fenomena yang terjadi saat ini. Dengan demikian tak ada peluang  bagi buruh, tani dan kaum miskin  kota  untuk memperbaiki hidupnya, sebab masalahnya sekarang adalah masalah perampasan tanah, upah dan lapangan pekerjaan. Kemakmuran bagi masyarakat buruh, tani dan kaum miskin kota  dan kemakmuran bagi masyarakat secara umum adalah hilangnya budaya patrialkal, feodal, liberal, kapitalisme, dan imperialisme.  Artinya perjuangan buruh tani dan kaum miskin kota tak hanya dilakuan dengan kerja akademis, sseperti pelatihan, seminar, worshop, tetapi lebih kepada pekerjaan Politis. Selamat Hari Buruh 1 Mei 2011.